The Princess Desperation(C:Hawaii)
+13
Gray Fujiwara
Angelsz
Verius
alin.
zeros
kuzizou
vina balik lgg :P
amel :)
fooLiciouz
M_Lin
areena
namine
Hay2Hawaii
17 posters
Halaman 3 dari 4
Halaman 3 dari 4 • 1, 2, 3, 4
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
mo liat lanjutannya
Angelsz- +da best hompierz+
-
Jumlah posting : 3866
Age : 30
Location : di depan meja komputer
Sector : Ghortashupha
Hobbies : riie / riephon / angel / angelsz dll..@_@
Registration date : 22.12.07
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
lanjutin lanjutin !
kuzizou- King Of Dome
-
Jumlah posting : 5883
Age : 28
Location : smua lorong tikus
Sector : Dam-Boo-Paa CILUK BAA...!
Hobbies : Kuzizou
Registration date : 08.10.07
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
kyk demo aj..
Angelsz- +da best hompierz+
-
Jumlah posting : 3866
Age : 30
Location : di depan meja komputer
Sector : Ghortashupha
Hobbies : riie / riephon / angel / angelsz dll..@_@
Registration date : 22.12.07
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
Esok harinya Rasha agak bingung juga, bagaimana caranya dia ke sekolah dgn mata bengkak?
Begitu ia terbangun, matanya sudah begini.
"Kenapa bisa bengkak gini sih mata gue? Perasaan tadi malem gue gak inget abis tonjok-tonjokan sm orang..." Rasha memperhatikan wajahnya di cermin meja riasnya.
Risha kemudian teringat, tadi malam ia menangis.
Yeah, menangi-
"WHAT?????" rasha kaget juga. Wajahnya memerah.
Ia ingat. Ia menangis di hadapan si gembel rivan itu?
"Oh, sial sekali! Damn it!" rutuknya.
Ia kembali memandangi wajahnya. Huhm... tidak begitu jelek juga dengan mata bengkak gini...
"Wajah lo tetep jelek kok, gak berubah!" terdengar suara yg mengagetkannya. Rasha langsung jengkel.
Siapa lagi, kalo bukan Rivan.
"Kapan gue nyuruh lo masuk ke kamar gue? Ga sopan!" Jutek rasha.
"Siapa suruh ga nutup pintu kamar?" Rivan melenggang cuek mendekati Rasha.
"Ee..eitts, apa-apaan nih! Mau ngapain?" sengit rasha.
"Cuma nyampein pesan...Nyokap lo udah brangkat ke Jerman, lo katanya di suru pergi ke pesta nikahan sodara lo ganttin dia, dan..." katanya.
Llau Rivan mengamati mata rasha, mengeluarkan obat tetes.
"Nih, pake, mata lo masih merah banget, seenggaknya.." rivan tersenyum tipis.
Rasha mendengus. menyambar obat tetes mata dan memakainya.
"Ngapain lagi? masih ada amanat?" jutek Rasha mendapati Rivan masih di kamarnya selesai ia mengobati matanya yang merah.
"Nggak, cuma nunggu perintah lo... ada yang lo butuhin?" tanya Rivan.
Rasha agak heran juga, tumben-tumbennya.
"Gak, gue...emm.." Rasha berpikir.
"hem?" Rivan mengangkat sebelah alisnya.
"Bisa.. temenin gue ke pesta... err..kawinan?" Rasha agak ragu.
"Oh, oke, nona..." Rivan kemudian berbalik keluar kamar Rasha.
Rasha sempat terbengong.
'Tuh anak kesambet jin tomang ye?' pikirnya.
Ah, Rasha gak ambil pusing lagi, seenggaknya ada yang nemenin dia.
Itu lebih baik.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Rivan menyalakan radio, mobil melesat menelusuri jalan di bilangan Pondok Indah. keheningan semula terpecah oleh suara Tompi.
"Ehm... ga punya baju lain apa?"
akhirnya Rasha memutuskan untuk bicara.
"Ha?" Rivan bengong.
"gue bilang, lo punya baju lain gak sih buat ke pesta???" suara Rasha meninggi. Ia memandangi pakaian yg di pakai Rivan.
Apa-apaan itu? celana jeans sm kaos polo shirt dan jaket kulit?
Pake sendal pula?
"He? Ini baju formal gue kok!" Rivan nyengir.
"Euwh...." Rasha memandangnya ngeri.
"hey..hey... pandangan lo kayak ngehina gue tuh!" protes Rivan.
"Gak ngina kok, kan kenyataan!" Rasha mendengus.
"Terserah deh, ini baju formal yg gue punya!"
"Tapi itu BUKAN baju formal, Riv! Sense fashion lo jelek amat!"
Rivan mulai terbiasa dengan cara bicara Rasha yg emang nyeni bgd buat nyindir orang.
"Kalo gini caranya gmn mw ke pesta?" Rasha melipat tangannya dan cemberut.
"YAUDAH, ntar lo turun sndiri ke pesta sodara lo itu! Gue gak ikut dah!"
sebel Rivan. Rasha smakin cemberut, ia diam dan menggembungkan kedua pipinya.
Hening.
"Sha?" Rivan agak bingung juga si Rasha gak nyablak lagi sampai mereka tiba di lokasi.
"Hey...oke, gue turun deh...ke pesta..." kata Rivan.
"GAK BOLEH DENGAN BAJU ITU!" teriak rasha.
"Lo apaan sih? Toa bgt tau suara lo!" Rvan mulai kesal.
Apa sih maunya nii cewek atu!
"BOMAT!" Rasha membuang muka.
Rivan mendengus kesal.
Begitu ia terbangun, matanya sudah begini.
"Kenapa bisa bengkak gini sih mata gue? Perasaan tadi malem gue gak inget abis tonjok-tonjokan sm orang..." Rasha memperhatikan wajahnya di cermin meja riasnya.
Risha kemudian teringat, tadi malam ia menangis.
Yeah, menangi-
"WHAT?????" rasha kaget juga. Wajahnya memerah.
Ia ingat. Ia menangis di hadapan si gembel rivan itu?
"Oh, sial sekali! Damn it!" rutuknya.
Ia kembali memandangi wajahnya. Huhm... tidak begitu jelek juga dengan mata bengkak gini...
"Wajah lo tetep jelek kok, gak berubah!" terdengar suara yg mengagetkannya. Rasha langsung jengkel.
Siapa lagi, kalo bukan Rivan.
"Kapan gue nyuruh lo masuk ke kamar gue? Ga sopan!" Jutek rasha.
"Siapa suruh ga nutup pintu kamar?" Rivan melenggang cuek mendekati Rasha.
"Ee..eitts, apa-apaan nih! Mau ngapain?" sengit rasha.
"Cuma nyampein pesan...Nyokap lo udah brangkat ke Jerman, lo katanya di suru pergi ke pesta nikahan sodara lo ganttin dia, dan..." katanya.
Llau Rivan mengamati mata rasha, mengeluarkan obat tetes.
"Nih, pake, mata lo masih merah banget, seenggaknya.." rivan tersenyum tipis.
Rasha mendengus. menyambar obat tetes mata dan memakainya.
"Ngapain lagi? masih ada amanat?" jutek Rasha mendapati Rivan masih di kamarnya selesai ia mengobati matanya yang merah.
"Nggak, cuma nunggu perintah lo... ada yang lo butuhin?" tanya Rivan.
Rasha agak heran juga, tumben-tumbennya.
"Gak, gue...emm.." Rasha berpikir.
"hem?" Rivan mengangkat sebelah alisnya.
"Bisa.. temenin gue ke pesta... err..kawinan?" Rasha agak ragu.
"Oh, oke, nona..." Rivan kemudian berbalik keluar kamar Rasha.
Rasha sempat terbengong.
'Tuh anak kesambet jin tomang ye?' pikirnya.
Ah, Rasha gak ambil pusing lagi, seenggaknya ada yang nemenin dia.
Itu lebih baik.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Rivan menyalakan radio, mobil melesat menelusuri jalan di bilangan Pondok Indah. keheningan semula terpecah oleh suara Tompi.
"Ehm... ga punya baju lain apa?"
akhirnya Rasha memutuskan untuk bicara.
"Ha?" Rivan bengong.
"gue bilang, lo punya baju lain gak sih buat ke pesta???" suara Rasha meninggi. Ia memandangi pakaian yg di pakai Rivan.
Apa-apaan itu? celana jeans sm kaos polo shirt dan jaket kulit?
Pake sendal pula?
"He? Ini baju formal gue kok!" Rivan nyengir.
"Euwh...." Rasha memandangnya ngeri.
"hey..hey... pandangan lo kayak ngehina gue tuh!" protes Rivan.
"Gak ngina kok, kan kenyataan!" Rasha mendengus.
"Terserah deh, ini baju formal yg gue punya!"
"Tapi itu BUKAN baju formal, Riv! Sense fashion lo jelek amat!"
Rivan mulai terbiasa dengan cara bicara Rasha yg emang nyeni bgd buat nyindir orang.
"Kalo gini caranya gmn mw ke pesta?" Rasha melipat tangannya dan cemberut.
"YAUDAH, ntar lo turun sndiri ke pesta sodara lo itu! Gue gak ikut dah!"
sebel Rivan. Rasha smakin cemberut, ia diam dan menggembungkan kedua pipinya.
Hening.
"Sha?" Rivan agak bingung juga si Rasha gak nyablak lagi sampai mereka tiba di lokasi.
"Hey...oke, gue turun deh...ke pesta..." kata Rivan.
"GAK BOLEH DENGAN BAJU ITU!" teriak rasha.
"Lo apaan sih? Toa bgt tau suara lo!" Rvan mulai kesal.
Apa sih maunya nii cewek atu!
"BOMAT!" Rasha membuang muka.
Rivan mendengus kesal.
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
TRUS NAPE?
kuzizou- King Of Dome
-
Jumlah posting : 5883
Age : 28
Location : smua lorong tikus
Sector : Dam-Boo-Paa CILUK BAA...!
Hobbies : Kuzizou
Registration date : 08.10.07
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
kan mendengus kesal,trus knp?
kuzizou- King Of Dome
-
Jumlah posting : 5883
Age : 28
Location : smua lorong tikus
Sector : Dam-Boo-Paa CILUK BAA...!
Hobbies : Kuzizou
Registration date : 08.10.07
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
Akhirnya, Rasha dan Rivan diam di pinggir jalan.
Keduanya saling memandang satu sama lain dengan sinis. Gak ada yang mau mengalah di antara keduanya.
Pesta penting yang harusnya di hadiri Rasha sudah terlupakan. Yang kini lebih penting bagi mereka berdua adalah:
BETAPA KURANG AJARNYA ORANG INI!
"Sumpah, lo orang kurang ajar yang pertama kali gue temuin!" Rutuk Rasha. Suaranya bahkan lebih keras dari suara deru kendaraan yang berlalu lalang.
Rivan memandangnya heran.
"Hey, itu harusnya kalimat gue!" tukas Rivan.
"Apa susahnya sih ganti baju yang lebih BAGUS! Kalo lo emang gak punya gue bisa kok beliin lo baju termahal sekalipun, lo mau berapa banyak juga gue bisa beliin...jangan sombong deh, bajunya sama skali gak pantes buat ke pesta!"
Rasha membuang mukanya angkuh.
Seketika itu juga Rivan menggebrak dashboard di depan Rasha keras-keras. Rasha tercengang.
Rivan hanya menatapnya dingin. Baru kali ini Rasha melihat ekspresi Rivan yang benar-benar dingin.
Rasha dibuat menelan ludah dan gemetar... namun, Rasha menahannya, harga dirinya begitu besar.
"Heh! Berani banget lo kayak gitu sama gue!" omel Rasha.
Rivan hanya memandangnya, perlahan mengalihkan wajahnya dan memandang jalan lurus ke depan.
"Cukup! Lo itu gak bisa jaga mulut lo ya??" Rivan geram.
"Oh? bukannya harusnya lo ya yang jaga sikap lo! Lo it-"
"Lo gak bakal ngerti..." ucap Rivan getir, menyela ucapan Rasha.
"W..w..What? apanya yang gak gue ngerti, hah?" Rasha terheran-heran.
Rivan menghela nafas. Percuma dia marah-marah sama gadis di samping dia ini.
Nona muda kaya raya seperti dia gak bakal ngerti. Jadi, Rivan memejamkan matanya,
berusaha mengontrol batas kesabarannya.
Bukan salah Rasha juga kalo Rasha gak akan mengerti apa yang dia maksud.
"Udahlah, males gue ngomong sama lo yang bisanya cuman ngomel-ngomel, ngeluh-ngeluh... yang penting lo ke pesta sekarang. Dan sesuai permintaan lo gue gak bakal ikutan!"
"Eits, gak bisa! Lanjutin omongan lo!" Rasha gak terima.
"Nggak, nanti lo telat ngadirin pesta..." Rivan gak memedulikan ocehan Rasha berikutnya.
Rasha akhirnya memutuskan menekuk kepalanya dan melipat kedua tangannya, bibirnya manyun.
Setibanya di pesta Rasha tak mau berlama-lama.
Saat pulang, kebisuan menguasai mereka. Cuma musik yang mengalun.
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Hari-hari setelahnya, berjalan seperti biasa.
Rasha sibuk dengan sekolahnya, les-lesnya, dan seperti biasa Rivan menjadi supirnya dengan baik.
Mereka berbicara, tapi hanya percakapan biasa. Ya, biasa saja.
"HUUUUWAAHHHH~ kenapa sih tuh orang?? Cih, gak bakal gue mau mikirin lagi!" kesal Rasha.
Ia gak suka Rivan, sangat gak suka kali ini. Ia termenung..gak enak juga kalo Rivan gak ngoceh-ngoceh atau ngomelin dia lagi.
Rivan juga gak bercanda lagi, gak ngejek dia lagi.
"Heehhh... yasudahlah... cuma seorang Rivan ini! Mau ngapain ya hari ini..." Rasha cemberut.
Memandang ruang kosong yang luas, ruang keluarga rumahnya.
Biasanya di hari Mingggu seperti ini ia pasti pergi sama Rivan, yeah... pergi mengantarnya belanja atau ke tempat yang asyik yang bisa menghilangkan kejenuhan Rasha.
Sepintas ia terpikir untuk menghubungi Mala dan Revina, teman party nya.
Tapi hanya itu, teman party, hanya ada kalau Rasha ingin senang-senang.
Sayangnya, Mala dan Revina bukan teman yang baik. Kedua orang itu sangat metropolis dan yeah... pemuja high society.
Berteman dengan Rasha hanya untuk itu.
Lalu Rasha memutar otak lagi, para pembantu nya pasti sudah menyelesaikan pekerjaannya dan kembali ke rumah mereka.
Kecuali Pak Mimin dan Mas Roji satpamnya, yang sellau berjaga-jaga di pos depan rumahnya.
Tapi yang bener aja?? Ngapain kalo ngajak dua orang itu buat senang-senang?
Salah salah... malah di suruh ke kamar aja, gak boleh main-main.
Dan berminggu-minggu berlalu.
Rivan selalu mengerjakan tugasnya seperlunya saja.
Kembali lagi di hari Sabtu, dimana rumah Rasha dikuasai keheningan.
"Well, menyebalkan!" Rasha menghempaskan diri ke sofa.
Suaranya bergaung di ruangan luas itu. Lalu keheningan merayapinya.
Tapi ini Rasha, gadis ceria yang gak suka hanya terbengong-bengong ria di rumahnya.
"AHHHHHHH!!!!!!!!!!! PADA KEMANA SIIIHH???" teriaknya.
Teriakannya bergaung.
Lalu keheningan kembali merayapinya.
'Ini yang namanya ruang keluarga?' ringisnya dalam hati.
Perlahan Rasha turun ke lantai rumahnya yang dingin, merebahkan dirinya di sana.
Memejamkan matanya.
Menarik nafas yang dalam.
Membiarkan dirinya terlelap.
Tak lama kemudian, ia merasakan hangat.
Perasaan nyaman yang lama.
Tercium aroma parfum yang rasanya tak asing baginya.
Terdengar irama jantung yang menjadi musik di telinga Rasha..
Dan nafas.
Nafas yang ia rasakan di kulitnya.
Yang seolah melelehkan beku yang ia rasakan.
Tubuhnya terasa melayang, beberapa detik kemudian ia merasa sangat nyaman.
Seperti berada di tempat yang seharusnya ia inginkan.
Tangan kanannya seperti terbungkus oleh kehangatan. Ada yang menggenggam tangannya.
Lalu Rasha berpikir, bolehkah aku?
Bolehkah aku membuka mataku?
Tapi bagaimana kalau ini mimpi?
Tidak!
Rasha harus membuka matanya.
Ia berpikir lama.
Perlahan ia membuka mata dan mendapati, sosok yang ia kenali...
"udah bangun, non?" sosok itu terlihat senang melihatnya terbangun.
Tapi rasa kecewa merayapi tubuhnya. Sosok itu bukan milik dia.
Bukan milik dia.
"Pak Mimin toh?" Rasha mendengus.
'Sialan! Kirain siapa!' rutuknya. Ia menampar pipinya sendiri.
Sakit, berarti dia benar-benar bangun.
Oke, kalau begitu... yang tadi dia rasakan itu Pak Mimin dong?
Yang bener aja!?
Rasha cemberut.
"Loh? Non, kenapa?" Pak Mimin tampak heran.
"Nggak, gak apa-apa" Rasha bangkit.
"Non, kemarin ketiduran di lantai, saya kira non pingsan... jadinya saya minta tol-"
sebelum Pak Mimin selesai bicara tampak Rivan memasuki kamar Rasha.
Rasha merasa ada sesuatu yang membuat hatinya lega. Hanya dengan melihat Rivan.
"Pak Min, tolong bukain gerbang, Tante udah pulang dari Singapore.." kata Rivan.
Mendengarnya, Pak Mimin tergopoh-gopoh keluar kamar Rasha dan segera pergi membuka kan gerbang.
Meninggalkan Rasha dan Rivan.
"Well, nyokap lo udah balik, gue udah kasih tau kalo lo sakit" kata Rivan.
"Ha? Gue gak sakit!" protes Rasha.
"Yeah, seenggaknya lo bisa ketemu nyokap lo kan?
Jarang-jarang dia mau cepet pulang denger anaknya sakit" Rivan tersenyum, Namun hanya senyum tipis yang sekilas.
Lalu Rivan meninggalkan ruangan.
Rasha terdiam.
Aneh sekali dia.
__________________________________________________________________________________________________________
"Sayang... kamu udah lebih baik kan?" Mama Rasha menatap Rasha khawatir.
Rasha sama sekali gak menyentuh makanannya.
Hari itu sudah seminggu Mama ada di jakarta,tiap hari Mama mengajaknya jalan.
bahkan makan siang di luar.
Rivan pun sudah gak pernah bertemu dengannya lagi.
Karena supir pribadi Mama lah yang mengantarnya, Pak Andi.
"Iyah, lagian sakitnya udah seminggu lalu, jangan trelalu khawatir dong, Ma!"
Rasha nyengir.
"Yaudah, baguslah kalo kamu udah baikan. Oh ya, Nilai kamu bagus ya di sekolah, Mama udah rencanain
kamu harus kuliah dimana! Tapi kamu bisa milih beberapa Universtas yang Mama ajuin ke kamu!"
Kata Mama. Oh, ya... Rasha agak kaget juga. Ia lupa, ia sudah memasuki semester dua di kelas duabelasnya.
"yeah, baguslah, Rasha berusaha kok! Makasih, Ma! "Rasha tersenyum. Memaksakan terlihat ceria.
"Anak Mama emang harus pinter! Mama juga udah siapin hadiah buat kelulusan kamu!" mama terlihat senang.
"Iya.. eh, Rivan udah seminggu ya nggak keliatan..." Rasha bertanya. Pertanyaan yang daritadi ingin ia katakan.
"Eh? kamu nggak tau?" Mama kaget. Rasha mengerutkan alisnya, heran.
"Apa?"
"Rivan kan lagi pergi ke rumah calon mertuanya tuh!" mama mengaduk-aduk gelas Peach Tea nya.
"Ha?" Rasha tertegun.
"Iya, kan dia pacaran sama Nana udah lama... kayaknya mereka udah mulai mengarah ke jenjang yang serius, tapi sayangnya...
kamu tahu sendiri Rivan dari dulu ga serius sama cewek kan?" Mama tersenyum.
"Na...Nana?" suara Rasha tercekat. Rasanya sulit sekali mencerna kata-kata Mamanya.
"Oh, ya ampun, masa kamu gak tahu soal itu? Nana pacarnya sejak dia lulus SMA, sayang..." Mama tertawa pelan, "Kamu gak berubah deh, selalu cuek sama keadaan sekitar,
padahal kan kamu sering dianter kemana-mana sama Rivan?! Mama saja tahu"
"Tunggu... sebentar..." Rasha mengatur nafasnya. Ia meneguk minumannya.
Lalu menarik nafas.
"Kamu kenapa, sha?" mama bingung.
"Nggak, tadi tenggorokan Rasha kering..heheh~ yah, baguslah..." rasha nyengir.
"Dasar kamu...ayo, cepat dimakan makanannya" mama hanya geleng-geleng kepala.
Rasha mulai menghabisi hidangan di mejanya.
Sambil merasakan kebas di hatinya.
__________________________________________________________________________________________________________
"Sha, denger-denger Mama lo udah balik dari Singapore kan?" suara Mala membuyarkan lamunan Rasha.
Siang itu di sekolah, seperti biasanya Rasha hanya duduk di kursinya, ia tak pernah beranjak dari kursi kecuali kalau memang harus.
Pasalnya, dia tak begitu suka berkerumun seperti cewek-cewek pada umumnya di kantin atau di mana pun, bergosip ria, atau bersahabat dengan siapa pun.
Itulah Rasha.
Ini bukan kemauannya, tapi memang karena orang segan berteman dengannya.
"Ya? kenapa?" Rasha menyibukkan diri membuka buku pelajaran dan membacanya.
"Bisa dong lo kenalin gue dan Revina sama Mama kamu! Gak ada salahnya kan kita belanja bareng nyokap lo itu!" mala tersenyum.
Senyum yang dibuat-buat. Rasha hanya membalas senyumnya tipis.
"Sayangnya, Mama udah mau pergi lagi ke Aussie, lain kali ya?"
"Ha? Yahh..." tampak jelas kekecewaan Mala. Mala mendnegus lalu berbalik.
"Yaudahlah, lain kali ya! Eh, gue lupa... Kenny, ketua Volli sekolah pengen deketin lo tuh... gue udah ngasih nomor hape lo!
Jadi mungkin dia mau menelepon lo nanti malem! Kan lo udah jomblo hampir 3 bulan sejak si Vino itu!"
"Oh, iya juga ya..." Rasha baru ngeh. Lucu juga, tiga bulan ini dia gak mengincar cowok lagi.
Tapi dia memang masih kesal dengan Vino.
Harga dirinya gak bisa maafin cowok itu! dia jadi ingat, gara-gara itu Rivan jadi tempat dia melampiaskan amarahnya.
Rasha tertawa mengingatnya.
"He? Kok ketawa? Oh ya, FYI, Kenny itu anak konglomerat loh! Pas kan buat lo? Oh, iya... jangan lupa PJ kalo jadian sama dia!"
Mala berlalu.
Rasha mendengus. 'Kenny ya? Si Mala dibayar pake apa buat ngasih nomor gue? Tas Channel? Atau parfum Elizabeth Arden? Heh?'
Keduanya saling memandang satu sama lain dengan sinis. Gak ada yang mau mengalah di antara keduanya.
Pesta penting yang harusnya di hadiri Rasha sudah terlupakan. Yang kini lebih penting bagi mereka berdua adalah:
BETAPA KURANG AJARNYA ORANG INI!
"Sumpah, lo orang kurang ajar yang pertama kali gue temuin!" Rutuk Rasha. Suaranya bahkan lebih keras dari suara deru kendaraan yang berlalu lalang.
Rivan memandangnya heran.
"Hey, itu harusnya kalimat gue!" tukas Rivan.
"Apa susahnya sih ganti baju yang lebih BAGUS! Kalo lo emang gak punya gue bisa kok beliin lo baju termahal sekalipun, lo mau berapa banyak juga gue bisa beliin...jangan sombong deh, bajunya sama skali gak pantes buat ke pesta!"
Rasha membuang mukanya angkuh.
Seketika itu juga Rivan menggebrak dashboard di depan Rasha keras-keras. Rasha tercengang.
Rivan hanya menatapnya dingin. Baru kali ini Rasha melihat ekspresi Rivan yang benar-benar dingin.
Rasha dibuat menelan ludah dan gemetar... namun, Rasha menahannya, harga dirinya begitu besar.
"Heh! Berani banget lo kayak gitu sama gue!" omel Rasha.
Rivan hanya memandangnya, perlahan mengalihkan wajahnya dan memandang jalan lurus ke depan.
"Cukup! Lo itu gak bisa jaga mulut lo ya??" Rivan geram.
"Oh? bukannya harusnya lo ya yang jaga sikap lo! Lo it-"
"Lo gak bakal ngerti..." ucap Rivan getir, menyela ucapan Rasha.
"W..w..What? apanya yang gak gue ngerti, hah?" Rasha terheran-heran.
Rivan menghela nafas. Percuma dia marah-marah sama gadis di samping dia ini.
Nona muda kaya raya seperti dia gak bakal ngerti. Jadi, Rivan memejamkan matanya,
berusaha mengontrol batas kesabarannya.
Bukan salah Rasha juga kalo Rasha gak akan mengerti apa yang dia maksud.
"Udahlah, males gue ngomong sama lo yang bisanya cuman ngomel-ngomel, ngeluh-ngeluh... yang penting lo ke pesta sekarang. Dan sesuai permintaan lo gue gak bakal ikutan!"
"Eits, gak bisa! Lanjutin omongan lo!" Rasha gak terima.
"Nggak, nanti lo telat ngadirin pesta..." Rivan gak memedulikan ocehan Rasha berikutnya.
Rasha akhirnya memutuskan menekuk kepalanya dan melipat kedua tangannya, bibirnya manyun.
Setibanya di pesta Rasha tak mau berlama-lama.
Saat pulang, kebisuan menguasai mereka. Cuma musik yang mengalun.
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Hari-hari setelahnya, berjalan seperti biasa.
Rasha sibuk dengan sekolahnya, les-lesnya, dan seperti biasa Rivan menjadi supirnya dengan baik.
Mereka berbicara, tapi hanya percakapan biasa. Ya, biasa saja.
"HUUUUWAAHHHH~ kenapa sih tuh orang?? Cih, gak bakal gue mau mikirin lagi!" kesal Rasha.
Ia gak suka Rivan, sangat gak suka kali ini. Ia termenung..gak enak juga kalo Rivan gak ngoceh-ngoceh atau ngomelin dia lagi.
Rivan juga gak bercanda lagi, gak ngejek dia lagi.
"Heehhh... yasudahlah... cuma seorang Rivan ini! Mau ngapain ya hari ini..." Rasha cemberut.
Memandang ruang kosong yang luas, ruang keluarga rumahnya.
Biasanya di hari Mingggu seperti ini ia pasti pergi sama Rivan, yeah... pergi mengantarnya belanja atau ke tempat yang asyik yang bisa menghilangkan kejenuhan Rasha.
Sepintas ia terpikir untuk menghubungi Mala dan Revina, teman party nya.
Tapi hanya itu, teman party, hanya ada kalau Rasha ingin senang-senang.
Sayangnya, Mala dan Revina bukan teman yang baik. Kedua orang itu sangat metropolis dan yeah... pemuja high society.
Berteman dengan Rasha hanya untuk itu.
Lalu Rasha memutar otak lagi, para pembantu nya pasti sudah menyelesaikan pekerjaannya dan kembali ke rumah mereka.
Kecuali Pak Mimin dan Mas Roji satpamnya, yang sellau berjaga-jaga di pos depan rumahnya.
Tapi yang bener aja?? Ngapain kalo ngajak dua orang itu buat senang-senang?
Salah salah... malah di suruh ke kamar aja, gak boleh main-main.
Dan berminggu-minggu berlalu.
Rivan selalu mengerjakan tugasnya seperlunya saja.
Kembali lagi di hari Sabtu, dimana rumah Rasha dikuasai keheningan.
"Well, menyebalkan!" Rasha menghempaskan diri ke sofa.
Suaranya bergaung di ruangan luas itu. Lalu keheningan merayapinya.
Tapi ini Rasha, gadis ceria yang gak suka hanya terbengong-bengong ria di rumahnya.
"AHHHHHHH!!!!!!!!!!! PADA KEMANA SIIIHH???" teriaknya.
Teriakannya bergaung.
Lalu keheningan kembali merayapinya.
'Ini yang namanya ruang keluarga?' ringisnya dalam hati.
Perlahan Rasha turun ke lantai rumahnya yang dingin, merebahkan dirinya di sana.
Memejamkan matanya.
Menarik nafas yang dalam.
Membiarkan dirinya terlelap.
Tak lama kemudian, ia merasakan hangat.
Perasaan nyaman yang lama.
Tercium aroma parfum yang rasanya tak asing baginya.
Terdengar irama jantung yang menjadi musik di telinga Rasha..
Dan nafas.
Nafas yang ia rasakan di kulitnya.
Yang seolah melelehkan beku yang ia rasakan.
Tubuhnya terasa melayang, beberapa detik kemudian ia merasa sangat nyaman.
Seperti berada di tempat yang seharusnya ia inginkan.
Tangan kanannya seperti terbungkus oleh kehangatan. Ada yang menggenggam tangannya.
Lalu Rasha berpikir, bolehkah aku?
Bolehkah aku membuka mataku?
Tapi bagaimana kalau ini mimpi?
Tidak!
Rasha harus membuka matanya.
Ia berpikir lama.
Perlahan ia membuka mata dan mendapati, sosok yang ia kenali...
"udah bangun, non?" sosok itu terlihat senang melihatnya terbangun.
Tapi rasa kecewa merayapi tubuhnya. Sosok itu bukan milik dia.
Bukan milik dia.
"Pak Mimin toh?" Rasha mendengus.
'Sialan! Kirain siapa!' rutuknya. Ia menampar pipinya sendiri.
Sakit, berarti dia benar-benar bangun.
Oke, kalau begitu... yang tadi dia rasakan itu Pak Mimin dong?
Yang bener aja!?
Rasha cemberut.
"Loh? Non, kenapa?" Pak Mimin tampak heran.
"Nggak, gak apa-apa" Rasha bangkit.
"Non, kemarin ketiduran di lantai, saya kira non pingsan... jadinya saya minta tol-"
sebelum Pak Mimin selesai bicara tampak Rivan memasuki kamar Rasha.
Rasha merasa ada sesuatu yang membuat hatinya lega. Hanya dengan melihat Rivan.
"Pak Min, tolong bukain gerbang, Tante udah pulang dari Singapore.." kata Rivan.
Mendengarnya, Pak Mimin tergopoh-gopoh keluar kamar Rasha dan segera pergi membuka kan gerbang.
Meninggalkan Rasha dan Rivan.
"Well, nyokap lo udah balik, gue udah kasih tau kalo lo sakit" kata Rivan.
"Ha? Gue gak sakit!" protes Rasha.
"Yeah, seenggaknya lo bisa ketemu nyokap lo kan?
Jarang-jarang dia mau cepet pulang denger anaknya sakit" Rivan tersenyum, Namun hanya senyum tipis yang sekilas.
Lalu Rivan meninggalkan ruangan.
Rasha terdiam.
Aneh sekali dia.
__________________________________________________________________________________________________________
"Sayang... kamu udah lebih baik kan?" Mama Rasha menatap Rasha khawatir.
Rasha sama sekali gak menyentuh makanannya.
Hari itu sudah seminggu Mama ada di jakarta,tiap hari Mama mengajaknya jalan.
bahkan makan siang di luar.
Rivan pun sudah gak pernah bertemu dengannya lagi.
Karena supir pribadi Mama lah yang mengantarnya, Pak Andi.
"Iyah, lagian sakitnya udah seminggu lalu, jangan trelalu khawatir dong, Ma!"
Rasha nyengir.
"Yaudah, baguslah kalo kamu udah baikan. Oh ya, Nilai kamu bagus ya di sekolah, Mama udah rencanain
kamu harus kuliah dimana! Tapi kamu bisa milih beberapa Universtas yang Mama ajuin ke kamu!"
Kata Mama. Oh, ya... Rasha agak kaget juga. Ia lupa, ia sudah memasuki semester dua di kelas duabelasnya.
"yeah, baguslah, Rasha berusaha kok! Makasih, Ma! "Rasha tersenyum. Memaksakan terlihat ceria.
"Anak Mama emang harus pinter! Mama juga udah siapin hadiah buat kelulusan kamu!" mama terlihat senang.
"Iya.. eh, Rivan udah seminggu ya nggak keliatan..." Rasha bertanya. Pertanyaan yang daritadi ingin ia katakan.
"Eh? kamu nggak tau?" Mama kaget. Rasha mengerutkan alisnya, heran.
"Apa?"
"Rivan kan lagi pergi ke rumah calon mertuanya tuh!" mama mengaduk-aduk gelas Peach Tea nya.
"Ha?" Rasha tertegun.
"Iya, kan dia pacaran sama Nana udah lama... kayaknya mereka udah mulai mengarah ke jenjang yang serius, tapi sayangnya...
kamu tahu sendiri Rivan dari dulu ga serius sama cewek kan?" Mama tersenyum.
"Na...Nana?" suara Rasha tercekat. Rasanya sulit sekali mencerna kata-kata Mamanya.
"Oh, ya ampun, masa kamu gak tahu soal itu? Nana pacarnya sejak dia lulus SMA, sayang..." Mama tertawa pelan, "Kamu gak berubah deh, selalu cuek sama keadaan sekitar,
padahal kan kamu sering dianter kemana-mana sama Rivan?! Mama saja tahu"
"Tunggu... sebentar..." Rasha mengatur nafasnya. Ia meneguk minumannya.
Lalu menarik nafas.
"Kamu kenapa, sha?" mama bingung.
"Nggak, tadi tenggorokan Rasha kering..heheh~ yah, baguslah..." rasha nyengir.
"Dasar kamu...ayo, cepat dimakan makanannya" mama hanya geleng-geleng kepala.
Rasha mulai menghabisi hidangan di mejanya.
Sambil merasakan kebas di hatinya.
__________________________________________________________________________________________________________
"Sha, denger-denger Mama lo udah balik dari Singapore kan?" suara Mala membuyarkan lamunan Rasha.
Siang itu di sekolah, seperti biasanya Rasha hanya duduk di kursinya, ia tak pernah beranjak dari kursi kecuali kalau memang harus.
Pasalnya, dia tak begitu suka berkerumun seperti cewek-cewek pada umumnya di kantin atau di mana pun, bergosip ria, atau bersahabat dengan siapa pun.
Itulah Rasha.
Ini bukan kemauannya, tapi memang karena orang segan berteman dengannya.
"Ya? kenapa?" Rasha menyibukkan diri membuka buku pelajaran dan membacanya.
"Bisa dong lo kenalin gue dan Revina sama Mama kamu! Gak ada salahnya kan kita belanja bareng nyokap lo itu!" mala tersenyum.
Senyum yang dibuat-buat. Rasha hanya membalas senyumnya tipis.
"Sayangnya, Mama udah mau pergi lagi ke Aussie, lain kali ya?"
"Ha? Yahh..." tampak jelas kekecewaan Mala. Mala mendnegus lalu berbalik.
"Yaudahlah, lain kali ya! Eh, gue lupa... Kenny, ketua Volli sekolah pengen deketin lo tuh... gue udah ngasih nomor hape lo!
Jadi mungkin dia mau menelepon lo nanti malem! Kan lo udah jomblo hampir 3 bulan sejak si Vino itu!"
"Oh, iya juga ya..." Rasha baru ngeh. Lucu juga, tiga bulan ini dia gak mengincar cowok lagi.
Tapi dia memang masih kesal dengan Vino.
Harga dirinya gak bisa maafin cowok itu! dia jadi ingat, gara-gara itu Rivan jadi tempat dia melampiaskan amarahnya.
Rasha tertawa mengingatnya.
"He? Kok ketawa? Oh ya, FYI, Kenny itu anak konglomerat loh! Pas kan buat lo? Oh, iya... jangan lupa PJ kalo jadian sama dia!"
Mala berlalu.
Rasha mendengus. 'Kenny ya? Si Mala dibayar pake apa buat ngasih nomor gue? Tas Channel? Atau parfum Elizabeth Arden? Heh?'
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
gila!.ga pegel lu hawe nulis gini.mau saya bantu.
aldong_lagi- ;;;Still-ON~{
-
Jumlah posting : 175
Age : 31
Hobbies : aldi aldong
Registration date : 02.08.08
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
Kagak ye, gw kan strong
jadi kagak perlu abntuan lu..
yg ada ceritanya jd kacaw
apalagi klo hyou sm kuzi yg nanganin!
jadi kagak perlu abntuan lu..
yg ada ceritanya jd kacaw
apalagi klo hyou sm kuzi yg nanganin!
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
wkwkwk kalo hyou ma kuzi yang bantuin..
adanaa ceritana ga nyambung lagi wkwkwkwk..
adanaa ceritana ga nyambung lagi wkwkwkwk..
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
YEH!YG ADA G ANCURIN KE 17++ trus gw rusakin jd lebih aneh
kuzizou- King Of Dome
-
Jumlah posting : 5883
Age : 28
Location : smua lorong tikus
Sector : Dam-Boo-Paa CILUK BAA...!
Hobbies : Kuzizou
Registration date : 08.10.07
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
*ngecoba bayangin*..yang jelas pasti ancru ancru bgd..orang ga ada yg mau baca
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
Yah pastinya begitu!
kuzizou- King Of Dome
-
Jumlah posting : 5883
Age : 28
Location : smua lorong tikus
Sector : Dam-Boo-Paa CILUK BAA...!
Hobbies : Kuzizou
Registration date : 08.10.07
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
Bisa2 yg ada rusuh, oh iye gw milih smw nya tuh di vote terusuh
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
Btw, ini bukannya dulu tempatnya nee-san bikin cerbung?? Memang cerbungnya udah tamat, yah? *maklum, nggak baca-nya setengah2*
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
Hawe:biar nih crita cepet slese mending lo buat ke 17++ aja dah,lo kan pinter buat crita kayak gt!
kuzizou- King Of Dome
-
Jumlah posting : 5883
Age : 28
Location : smua lorong tikus
Sector : Dam-Boo-Paa CILUK BAA...!
Hobbies : Kuzizou
Registration date : 08.10.07
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
wkwkwk... kuzi demen baca buku playboy nih jangan2?
aizzu- +da best hompierz+
-
Jumlah posting : 3765
Age : 30
Location : Jekardaaa
Hobbies : main, jalan2, nntn drama XD
Registration date : 30.09.07
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
Iyeh,tau aje lo! YA NGGAKLAH!di sby ga di jual *emang ga minat se*
kuzizou- King Of Dome
-
Jumlah posting : 5883
Age : 28
Location : smua lorong tikus
Sector : Dam-Boo-Paa CILUK BAA...!
Hobbies : Kuzizou
Registration date : 08.10.07
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
sudah kudunga, pasti terakhirnya selalu pake "YA ENGGAKLAH!"
tapi tuh majalah parah..hii seremmm
tapi katanya s, kalo ngeliatinh cewe yg make pakean sexy, yg dosa yg make, berarti kita yg liat dosa nya ditanggung dya.. waw.. tapi tetep aja ga boleh!! namanya tidak berdedikasi tinggi dan menjunjung norma2 di Indonesia!!
tapi tuh majalah parah..hii seremmm
tapi katanya s, kalo ngeliatinh cewe yg make pakean sexy, yg dosa yg make, berarti kita yg liat dosa nya ditanggung dya.. waw.. tapi tetep aja ga boleh!! namanya tidak berdedikasi tinggi dan menjunjung norma2 di Indonesia!!
aizzu- +da best hompierz+
-
Jumlah posting : 3765
Age : 30
Location : Jekardaaa
Hobbies : main, jalan2, nntn drama XD
Registration date : 30.09.07
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
kayaknya kakak nya qryu ketularan dah sm tuu si qryu
bahaya!
ada virus yg mulai menyaingi virus bejat dan sarap???
bahaya!
ada virus yg mulai menyaingi virus bejat dan sarap???
Re: The Princess Desperation(C:Hawaii)
aizzzu:udah sring yeh??
Hawe:klo itu lo ga bakal deh mereka nandingin lo..
Hawe:klo itu lo ga bakal deh mereka nandingin lo..
kuzizou- King Of Dome
-
Jumlah posting : 5883
Age : 28
Location : smua lorong tikus
Sector : Dam-Boo-Paa CILUK BAA...!
Hobbies : Kuzizou
Registration date : 08.10.07
Halaman 3 dari 4 • 1, 2, 3, 4
Halaman 3 dari 4
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik