Eri's Diary
+8
aizzu
fooLiciouz
kuzizou
nadaa :)
Hay2Hawaii
bylalicious_tralalala
pHyChan
Hortenshia Eri
12 posters
Halaman 3 dari 6
Halaman 3 dari 6 • 1, 2, 3, 4, 5, 6
Re: Eri's Diary
iya.. kecuali ga pake baju.. tempatnya udah ada.. di RSJ Grool sana.. bareng arin dkk.
aizzu- +da best hompierz+
-
Jumlah posting : 3765
Age : 30
Location : Jekardaaa
Hobbies : main, jalan2, nntn drama XD
Registration date : 30.09.07
Re: Eri's Diary
Hari ini daftar di klub band. Senior yang ngurusi pendaftaran bengong liat aq. Mungkin pikirannya ada 'Anak Alim kesasar' *howeeeeeekkk!!! ALIM?!* Terang aja para senior kaget, disekian pendaftar yang mayoritas cowok, aq nekad ikutan daftar sendiri dirubungi para cowok *serasa primadona, wkwkwkwkwkw *. Apalagi aq pake jilbab, apa nggak tambah bikin melongo?! Paling dikira anak yang mau daftar lomba nasyid rabo depan yang kesasar ke ekskul band wkwkwkwkwkw....
"Wew, ada yang pake jilbab segala. Mau nyanyi Islamic, dek??"
"Ah, nggak juga, kok,"
Nggak tau tuch senior, kalo aq lebih demen nyanyi ampe fals lagu J-Pop daripada nasyid . Begitu aku isi daftar, aq langsung disalami ama seniornya, "Selamat ya, kamu bergabung di ekskul band,"
Gantian, jadi aku yang melongo. Aku sih bales salam, tapi tetep binun. Kok cuma aku yang disalami bgitu, yah?? Ato.... mungkin semua anak yang daftar disalami juga *pegel, donk!* Jangan-jangan, sebenarnya bakal ada test, tapi akunya langsung lulus tanpa di test laghi? Wah, kalo gitu enak banget, donk! Wkwkwkwkw... *digeplak, asal ngomong *
Sumber: www.nozomi-homestudio.webs.com
"Wew, ada yang pake jilbab segala. Mau nyanyi Islamic, dek??"
"Ah, nggak juga, kok,"
Nggak tau tuch senior, kalo aq lebih demen nyanyi ampe fals lagu J-Pop daripada nasyid . Begitu aku isi daftar, aq langsung disalami ama seniornya, "Selamat ya, kamu bergabung di ekskul band,"
Gantian, jadi aku yang melongo. Aku sih bales salam, tapi tetep binun. Kok cuma aku yang disalami bgitu, yah?? Ato.... mungkin semua anak yang daftar disalami juga *pegel, donk!* Jangan-jangan, sebenarnya bakal ada test, tapi akunya langsung lulus tanpa di test laghi? Wah, kalo gitu enak banget, donk! Wkwkwkwkw... *digeplak, asal ngomong *
Sumber: www.nozomi-homestudio.webs.com
Terakhir diubah oleh Nozomi Eri tanggal July 28th 2008, 8:25 pm, total 1 kali diubah
Re: Eri's Diary
waw.. ekskul band.. selamat bersenang2 d..
ai belom milih ekskul nieh.. masih bingung..
ai belom milih ekskul nieh.. masih bingung..
aizzu- +da best hompierz+
-
Jumlah posting : 3765
Age : 30
Location : Jekardaaa
Hobbies : main, jalan2, nntn drama XD
Registration date : 30.09.07
Re: Eri's Diary
Meichan wrote:banyak amat yg milih teaternya?????
jag d sma yg cewjarang berminat olahraga
Sebenarnya bukan dipaksa, tapi anak jurusan animasi dianjurkan ikut ekskul teater. Soalnya bisa belajar tentang emosi. Coz, animator itu ahrus bisa menggambar emosi dalam animenya
Re: Eri's Diary
Wew... diklatnya hari ini bikin pegel white flag
Terakhir diubah oleh Nozomi Eri tanggal August 3rd 2008, 7:02 pm, total 1 kali diubah
Re: Eri's Diary
Eri udah bikin novel konsepnya baru lagi. Hauuu.... ganti konsep mulu, nich . Makanya nggak selsesai-selesai. Oh ya, ini awal ceritanya.....
Gunma, Summer 1999,
Hujan begitu lebat, menghiasi Gunma yang sepi dikelilingi hutan-hutan yang begitu rimbun. Di salah satu sisi hutan, terdapat Villa yang berdiri kokoh.
Tak jauh dari Villa tersebut. Seorang anak laki-laki, lari menjauh bersama salh seorang lelekai setengah baya. Terus terngiang di telinga, kata-kata sang Ayah beberapa detik yang lalu.
“Jangan pernah kembali kemari dan jagalah barang ini,”
Anak kecil itu memegang erat benda yang ditipkan Ayahnya kepada dirinya yang tak tau apa-apa. Lelaki paruh baya yang sejak tadi bersamanya, hanya bisa menjalankan kewajiban yang dibebankan tuannya kepada dirinya yang telah renta. “Tuan…” Desahnya terus menerus.
DOR!!!!!
Suara tembakan terdengar di dalam Villa. Lelaki kecil itu terdiam, lalu beralik arah. “A…yah…??” Desahnya. Ia mengkhawatirkan sesuatu.
“AYAAAAAAHHHH!!!!” Dia berlari kembali ke Villa. Namun, sebelumnya niatnya tercapai, ia dicegah dengan lelaki paruh baya yang dikenal sebagai pelayan setia di keluarga lelaki kecil tersebut.
“Jangan pergi Tuan Hayato!”
“Tapi…. Ayah….?!”
“Jangan, nanti Tuan besar marah. Anda harus pergi jauh dari sini!”
Dengan setengah hati, lelaki paruh baya tersebtu, menggendong tuan kecilnya untuk pergi menjauh. “Lepaskan!! Ayah masih di sana! Ayah janji akan menyusul!! AYAAAAHHH!!!!”
London, Spring 2005,
Tampak sekumpulan anak-anak muda mengenakan baju yang sama. Seragam khusus untuk divisi kepolisian untuk anak-anak muda berbakat nan jenius dalam bidang kepolisian. Mereka mulai kelelahan. Bahkan, ada yang terluka. Mereka mati-matian untuk menyelamatkan sebuah berlian bernama 20 diamond. Perhiasan tersebut, kini berada di tangan sang tersangkan, ShuTen Group.
Seorang gadis kecil berusia 12 tahun, tampak terengah-engah. Rambutnya yang panjang sepunggung, dikuncir kuda. Orang dihadapannya, memakai pakaian a la mafian. Dia pingsan dengan sukses setelah mendapat hajaran beruntun dari gadis tersebut selama 2 menit tanpa celah! Lebih mudahnya, kita panggil dia dengan nama Emi.
“Gawat… 20 diamond itu belum juga ketemu. Kami ahrus segera mencarinya?!” Desahnya dalam hati.
Kesadarannya hamper hilang. Sampai sebuah suara, terdengar keras di telinganya.
DOR!!!
Itu… suara tembakan! Emi terbelalak kaget. Kesadarannya cepat kembali. Tepat 2 meter di hadapannya, seorang cowok jatuh terkapar. Kontan Emi berlari ke arahnya, “KOTARO-SAMA!!!!” Jeritnya tak percaya.
Cowok bernama Kotaro tersebut, hanya terdiam pasrah. Tubuhnya bersimbah darah. Lawan yang dihadapinya, tertangkap dengan sigap oleh Mizawasa Brother alias Reiji & Seiji.
Emi berlari menghampiri Kotaro. Cowok itu tak berkutik. Seakan menyerah pada nasib.
“Kotaro…sama…?” Air mata gadis itu meleleh. Dy meresa hatinya kalut. Merasa tak akan pernah bertemu dengan wjaah teduh itu lagi. Kotaro mengusap pipi Emi dengan lembut. Tak menjawab.
“Kotaro-sama jangan pergi….jangan!!” Kata Emi kemudian. Ya… perasaan itu tidak menipu. Dan Emi tau itu. Kotaro menggelengkan kepala seraya tersenyum. Dia berujar dengan begitu pelan dan lemah, “Ganbatte, Emi,”
Emi tercekat. Semua terasa begitu cepat. Detik demi detik berlalu. Bagaikan gerakan slow motion, tangan Kotaro perlahan jatuh ke pangkuan Emi. Wajahnya memucat, namun tetap terkesan teduh. Bahkan, ada sunggingan kecil. Mungkin ada perasaan bahagia tersendiri dalam hatinya sebelum ajal menjeput. Memandang gadis itu untuk terakhir kalinya, gadis yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri.
Emi tercekat dan diam. Seakan berusaha mencerna kejadian tersebut. Malah, dia memaksakan otaknya untuk mengatakan, bahwa itu hanya mimpi.
Namun sayang, dia tak bisa melakukannya. Kenyataan harus dia hadapi, walau dia berusaha lari. Perasaan Emi semakin tak menentu, “Kotaro-sama??? Ini bohong ‘kan? Kotaro-sama, bangun!!! Masa’ Kotaro-sama mau meninggalkanku?? Kotaro-sama… aku harus bagaimana kini??!! Kotaro-sama!” Jeritan Emi memecahnya kesunyian yang berat, “KOTARO-SAMAAAA!!!!!” Emi menggoncang-goncangkan tubuh Kotaro yang perlahan dingin. Air matanya semakin deras mengalir. Ryo kemudian perlahan medekati Emi. Berusaha menenangkan gadis yang labil itu, “Emi, tenang,”
“Mana mungkin aku bisa tenang! Kotaro-sama… Kotaro-sama….”
“Iya, aku tau. Tapi, dy begini bukan karena dia mau kamu terpuruk,”
Emi menatap Ryo sekilas. Matanya sembab, sehingga tak bisa memadang cowok itu dengan jelas. “Kenapa??” Tanya Eri pelan, “Kenapa harus begini??”
Ryo tak bisa menjawab. Tak ada sepatah katapun yang terucapkan. Namun, dia menggeleng. Eri menangis semakin keras seraya memeluk Ryo, “Datte??? Datte???!!!” Tanya-nya terus menerus. Ryo mebalas pelukan Emi dengan perasaan perih dan sakit. Gadis itu bertanya hal yang tak akan pernah bisa dijawab, kecuali takdir itu sendiri.
Semua yang ada di sana, hanya menunduk. Suasana tampak kelam. Beberapa ada yang meneteskan air mata. Sampai ambulan datang, Emi terus memeluk Ryo seraya menangis tak henti-hentinya. Ia rela menguras air matanya walau habis, demi hal ini.
Ini pemicu ceritanya sampai terjadi konflik dalam novel. Do'ain yah biar nggak gonta-ganti konsep laghi white flag
Gunma, Summer 1999,
Hujan begitu lebat, menghiasi Gunma yang sepi dikelilingi hutan-hutan yang begitu rimbun. Di salah satu sisi hutan, terdapat Villa yang berdiri kokoh.
Tak jauh dari Villa tersebut. Seorang anak laki-laki, lari menjauh bersama salh seorang lelekai setengah baya. Terus terngiang di telinga, kata-kata sang Ayah beberapa detik yang lalu.
“Jangan pernah kembali kemari dan jagalah barang ini,”
Anak kecil itu memegang erat benda yang ditipkan Ayahnya kepada dirinya yang tak tau apa-apa. Lelaki paruh baya yang sejak tadi bersamanya, hanya bisa menjalankan kewajiban yang dibebankan tuannya kepada dirinya yang telah renta. “Tuan…” Desahnya terus menerus.
DOR!!!!!
Suara tembakan terdengar di dalam Villa. Lelaki kecil itu terdiam, lalu beralik arah. “A…yah…??” Desahnya. Ia mengkhawatirkan sesuatu.
“AYAAAAAAHHHH!!!!” Dia berlari kembali ke Villa. Namun, sebelumnya niatnya tercapai, ia dicegah dengan lelaki paruh baya yang dikenal sebagai pelayan setia di keluarga lelaki kecil tersebut.
“Jangan pergi Tuan Hayato!”
“Tapi…. Ayah….?!”
“Jangan, nanti Tuan besar marah. Anda harus pergi jauh dari sini!”
Dengan setengah hati, lelaki paruh baya tersebtu, menggendong tuan kecilnya untuk pergi menjauh. “Lepaskan!! Ayah masih di sana! Ayah janji akan menyusul!! AYAAAAHHH!!!!”
London, Spring 2005,
Tampak sekumpulan anak-anak muda mengenakan baju yang sama. Seragam khusus untuk divisi kepolisian untuk anak-anak muda berbakat nan jenius dalam bidang kepolisian. Mereka mulai kelelahan. Bahkan, ada yang terluka. Mereka mati-matian untuk menyelamatkan sebuah berlian bernama 20 diamond. Perhiasan tersebut, kini berada di tangan sang tersangkan, ShuTen Group.
Seorang gadis kecil berusia 12 tahun, tampak terengah-engah. Rambutnya yang panjang sepunggung, dikuncir kuda. Orang dihadapannya, memakai pakaian a la mafian. Dia pingsan dengan sukses setelah mendapat hajaran beruntun dari gadis tersebut selama 2 menit tanpa celah! Lebih mudahnya, kita panggil dia dengan nama Emi.
“Gawat… 20 diamond itu belum juga ketemu. Kami ahrus segera mencarinya?!” Desahnya dalam hati.
Kesadarannya hamper hilang. Sampai sebuah suara, terdengar keras di telinganya.
DOR!!!
Itu… suara tembakan! Emi terbelalak kaget. Kesadarannya cepat kembali. Tepat 2 meter di hadapannya, seorang cowok jatuh terkapar. Kontan Emi berlari ke arahnya, “KOTARO-SAMA!!!!” Jeritnya tak percaya.
Cowok bernama Kotaro tersebut, hanya terdiam pasrah. Tubuhnya bersimbah darah. Lawan yang dihadapinya, tertangkap dengan sigap oleh Mizawasa Brother alias Reiji & Seiji.
Emi berlari menghampiri Kotaro. Cowok itu tak berkutik. Seakan menyerah pada nasib.
“Kotaro…sama…?” Air mata gadis itu meleleh. Dy meresa hatinya kalut. Merasa tak akan pernah bertemu dengan wjaah teduh itu lagi. Kotaro mengusap pipi Emi dengan lembut. Tak menjawab.
“Kotaro-sama jangan pergi….jangan!!” Kata Emi kemudian. Ya… perasaan itu tidak menipu. Dan Emi tau itu. Kotaro menggelengkan kepala seraya tersenyum. Dia berujar dengan begitu pelan dan lemah, “Ganbatte, Emi,”
Emi tercekat. Semua terasa begitu cepat. Detik demi detik berlalu. Bagaikan gerakan slow motion, tangan Kotaro perlahan jatuh ke pangkuan Emi. Wajahnya memucat, namun tetap terkesan teduh. Bahkan, ada sunggingan kecil. Mungkin ada perasaan bahagia tersendiri dalam hatinya sebelum ajal menjeput. Memandang gadis itu untuk terakhir kalinya, gadis yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri.
Emi tercekat dan diam. Seakan berusaha mencerna kejadian tersebut. Malah, dia memaksakan otaknya untuk mengatakan, bahwa itu hanya mimpi.
Namun sayang, dia tak bisa melakukannya. Kenyataan harus dia hadapi, walau dia berusaha lari. Perasaan Emi semakin tak menentu, “Kotaro-sama??? Ini bohong ‘kan? Kotaro-sama, bangun!!! Masa’ Kotaro-sama mau meninggalkanku?? Kotaro-sama… aku harus bagaimana kini??!! Kotaro-sama!” Jeritan Emi memecahnya kesunyian yang berat, “KOTARO-SAMAAAA!!!!!” Emi menggoncang-goncangkan tubuh Kotaro yang perlahan dingin. Air matanya semakin deras mengalir. Ryo kemudian perlahan medekati Emi. Berusaha menenangkan gadis yang labil itu, “Emi, tenang,”
“Mana mungkin aku bisa tenang! Kotaro-sama… Kotaro-sama….”
“Iya, aku tau. Tapi, dy begini bukan karena dia mau kamu terpuruk,”
Emi menatap Ryo sekilas. Matanya sembab, sehingga tak bisa memadang cowok itu dengan jelas. “Kenapa??” Tanya Eri pelan, “Kenapa harus begini??”
Ryo tak bisa menjawab. Tak ada sepatah katapun yang terucapkan. Namun, dia menggeleng. Eri menangis semakin keras seraya memeluk Ryo, “Datte??? Datte???!!!” Tanya-nya terus menerus. Ryo mebalas pelukan Emi dengan perasaan perih dan sakit. Gadis itu bertanya hal yang tak akan pernah bisa dijawab, kecuali takdir itu sendiri.
Semua yang ada di sana, hanya menunduk. Suasana tampak kelam. Beberapa ada yang meneteskan air mata. Sampai ambulan datang, Emi terus memeluk Ryo seraya menangis tak henti-hentinya. Ia rela menguras air matanya walau habis, demi hal ini.
* * *
Ini pemicu ceritanya sampai terjadi konflik dalam novel. Do'ain yah biar nggak gonta-ganti konsep laghi white flag
Terakhir diubah oleh Nozomi Eri tanggal August 3rd 2008, 7:53 pm, total 1 kali diubah
Halaman 3 dari 6 • 1, 2, 3, 4, 5, 6
Halaman 3 dari 6
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik