Wake Up
+6
Angelsz
fooLiciouz
minmy
amel :)
Hortenshia Eri
Hay2Hawaii
10 posters
Halaman 4 dari 4
Halaman 4 dari 4 • 1, 2, 3, 4
Re: Wake Up
Malam itu Rui terbangun...
Ia memandang keluar jendela kamarnya, dan matanya terbelalak tak percaya.
Lagi, ia melihat Luna di sana, berjalan menuju sungai dan hendak melompat.
"Apa yang dipikirkan si bodoh itu lagi?" tukasnya segera membuka jendela kamarnya untuk melompat dan mencegah gadis itu melompat.
Namun sayang, jendela kamarnya di kunci.
"Shit! Kuncinya sama paman Ben tadi siang!" ia bergegas keluar kamar.
Berlari ke arah pintu rumah dan menabrak Paman Ben.
"BRUK!" dan paman ben tersungkur.
"Hey, anak muda! Pakai mata mu.. paman mu ini sudah tua!" gerutu paman ben.
"Um, maaf, paman... tapi..tapi..di luar gadis itu hendak melompat lagi!"
"Gadis apa?" Paman ben terheran-heran.
"Percaya pada ku! gadis itu stiap malam mencoba bunuh diri! Aku melihatnya berkali-kali!" Rui membuka pintu rumah dan berlari.
Menuju sungai di belakang rumahnya.
Paman ben mengejarnya. Penasaran.
Sesampainya, Rui tertegun.
Luna tidak ada.
Tidak ada siapa-siapa, bahkan tanda-tanda ia benar-benar melompat tidak ada.
"Apa? Jangan bilang kau mengigau lagi?" sindir Paman ben. Menghela nafas.
Rui terdiam. Ia begitu heran.
"Tapi..dia benar-benar nyata.."
"Dia?" paman Ben mengangkat kedua alisnya.
Tak lama ia terkekeh, "Perempuan di desa ini mana ada yang ke kebun kita malam-malam..
apalagi bunuh diri katamu, eh?"
"Aku tidak bohong! Sumpah, paman Ben!"
Paman ben malah tertawa terbahak-bahak.
"Jadi apa gadis itu seperti Anna? Siapa namanya? Mungkin gadis itu akan meloncat dari atas rumah kita!"
ejek paman ben.
Rui menggeram pelan, kenapa sih ia dia anggap bercanda?
"Luna.. " kata Rui sambil lalu. Ia kembali ke rumah.
Paman ben mengerutkan kenning, "Luna?"
Lalu terdiam dan mengangkat bahu dan mengikuti Rui ke rumah.
Keesokan harinya..
Rui menunggu Eliza selesai berbelanja di pusat desa.
Ia tampak begitu bosan hanya duduk di teras sebuah toko roti, ia menghentak-hentakan kaki nya di tanah.
"Kenapa wanita selalu lama kalau berbelanja? Padahal dia hanya membeli roti dan selai..." gerutuna.
Ia menoleh ke dalam toko, pantas saja... Eliza sibuk bergosip di dalam toko dengan pemilik toko tersebut.
Rui mengerang.
"Rui, sedang apa?" tanya sebuah suara sopran di belakangnya.
Rui menoleh, tampak gadis berambut cokelat bergelombang yang di ikat samping.
Tubuhnya mungil dengan mata keemasan.
Rui hanya mengerutkan alis, rasanya ia tidak kenal gadis ini.
"Maaf..?" Rui mengangkat sebelah alisnya.Awalnya gadis itu terdiam, sama-sama bingung...namun, beberapa detik kemudian,
ia tampak panik dan membungkuk untuk meminta maaf.
"Oh, eh..ah, ya... maaf, aku..aku lupa memperkenalkan diri, aku Mary Ann" katanya, terbata-bata.
Rui terkejut dengan tingkah gadis itu.
"hey, hey..siapa pun kau, jangan membungkukan badan seperti itu!" tukas Rui. gadis itu kembali dengan kikuk meminta maaf.
"Err...ah, maafkan aku lagi!" gadis itu bersemu merah. benar-benar kikuk.
Rui mengangkat kedua alisnya.
Baru kali ini ia melihat gadis model begini.
Padahal, kesan awalnya gadis ini begitu anggun, tapi begitu berbicara jadi berbeda.
"Sudah, tak apa" Rui tersenyum kecil.
Mary memandangnya. Tak berkedip.
Rui menyadarinya dan merasa risih, "Ada yang salah dengan ku?".
"eh? AH, err...tidak!"
"Lalu?" Rui mengerutkan alisnya. Menanti jawaban dengan heran.
Gadis aneh, dia yang mengajaknya bicara duluan..mengapa malah kikuk?
"Anu... tidak apa, ngomong-ngomong sedang apa kau? Terlihat bosan..." tanya nya.
"Hanya menunggu eliza selesai belanja di dalam sana. Kau? Aku tidak pernah bicara dengan mu sebelumnya"
"Oh, ah... aku ingin memberi mu ini, tadi aku ke rumah mu...err, untuk menyampaikan undangan ini.. tapi eh, tak ada siapa pun di sana jadi aku mencari mu dan Eliza...
begitu..." Mary menyerahkan sebuah undangan.
Rui menerimanya. Undangan pesta ulang tahun sepertinya.
Mary tampak menunggu tanggapan darinya. Namun, tak ada satu pun tanggapan.
"Anu...Ibu ku, pemilik toko bunga, err..beliau mengundang mu dan sekeluarga untuk datang ke pesta kecil kami...
mengingat Paman Ben adalah sahabat ayah ku" jelas Mary.
Rui tetap diam beberapa saat.
"Kami usahakan untuk datang...nanti ku beri tahu Paman Ben..." kata Rui.
"Ah, danke!" Mary tampak senang, matanya berbinar. Rui menatapnya.
"Er..Apa...?" tanya Mary. Wajahnya bersemu merah lagi.
"Tidak..kau bisa bahasa jerman, orang jerman ya?" tanya Rui.
"Grandma orang jerman...err.. ka..kalau begitu, aku pamit dulu" Mary tersenyum.
Rui mengangguk.
Mary pun beranjak dari hadapannya cepat-cepat.
"Kenapa dengan gadis itu sih?" gumamnya heran.
"Dia sepertinya menyukai mu" jawab seseorang. Sebuah suara yang membuatnya tersentak dan menoleh ke asal suara itu.
Betapa kagetnya ia, mendapati Luna di sampingnya.
Ya, Luna.
Luna yang itu.
Gadis yang mencoba bunuh diri.
Gadis yang entah kenapa begitu cantik di mata Rui, dan mengingatkan nya pada Anna..
Tapi, kalau ini Luna, lalu apa yang ia lihat semalam?
"Hey! tampang mu seperti habis melihat hantu saja!" Luna cemberut mendapati ekspresi Rui begitu melihatnya.
Rui tersenyum sinis.
"Ya, kau hantu! Muncul tiba-tiba dan pergi tanpa bilang apa-apa!"
"Kejam sekali kau! kalau aku bunuh diri tanpa kau halangi, ku rasa sekarang aku jadi hantu" Luna terkekeh.
"Tidak lucu" kata Rui datar.
Luna hanya nyengir kuda.
"Well, senang berjumpa kau lagi, aku kebetulan sedang jalan-jalan" kata Luna.
Rui hanya diam, mengamati gadis itu.
"Apa?" tanya Luna.
"Kamu penderita darah rendah atau apa? Kamu selalu pucat"
"Perhatian juga kamu... aku memang mengidap penyakit, sepertinya" Luna menarik tangan Rui.
"Sepertinya?" heran Rui, "eh..mau kemana kita?"
"AYo, aku mau mengajakmu ke suatu tempat" kata Luna antusias.
"He?" Rui agak kaget juga. Awalnya ia rasa beberapa waktu lalu, Luna gadis yang agak angkuh dan pendiam.
Tapi, ternyata bukan.
Karena itu, di sini lah, danau Longlife... Luna dan Rui berada.
"Kenapa kau mengajak ku ke sini?" Rui mengeryitkan alisnya.
"Aku selalu disini setiap sore menjelang malam, kau sepertinya menarik tapi err... suram,
karena itu aku mau jadi teman mu" Luna mencelupkan kakinya ke danau. Ia duduk di pinggiran.
Rui tertegun.
"Apa semua gadis itu aneh?" katanya.
"Ha? bicara apa kamu?" Luna tak mengerti reaksi dari Rui.
Rui hanya menghela nafas.
"SUdahlah, aku ingin berenang saja!" Luna bangkit.
Rui tertegun lagi.
"Ap..apa? berenang? Di mana...maksud mu...?"
"Di danau ini! memangnya dimana lagi?" Luna hendak membuka baju nya.
Rui otomatis panik.
"Tunggu! Tunggu! Aku tahu, kamu gila, tapi please... kau tau kan aku apa?" cegah Rui.
Luna mengeryitkan alis.
Rui menunggu tanggapan.
"Lalu kenapa? Kalau tidak ingin lihat, kau kan bisa menghadap belakang" Luna tersenyum sinis dan membuka bajunya.
Rui menjadi panik.
"Tunggu, tunggu...aku berbalik dulu!" Rui berbalik, membelakangi Luna.
terdengar derai tawa Luna pelan dan berikutnya suara air danau yang berisik karena Luna menceburkan dirinya disana.
Rui menghela nafas, ia menyadari wajahnya memerah tadi.
'Ugh! Gadis itu ANEh atau GILA sih? Atau kedua-duanya' rutuknya dalam hati.
Ia perlahan berbalik, dan melihat Luna yang berenang.
Begitu memukau.
sosoknya yang berennag indah di danau, di bawah cahaya matahari yang hendak terbenam.
Lalu, perlahan Luna tak muncul lagi dipermukaan.
Baju luna teronggok di atas tanah.
Tiba-tiba saja ia menjadi paranoid, jangan-jangan gadis itu mencoba bunuh diri lagi!
Nafasnya tercekat.
"Luna! Hey, hadis bodoh! apa yang kau lakukan?? Cepat muncul ke permukaan!" seru Rui panik.
Namun, tak ada sahutan. Dan permukaan danau tak bergeming.
Kekhawatirannya terbukti?!
"Anak muda! Sedang apa kau disini?"
Rui menoleh ke asal suara itu, ada pria tua, berjalan ke arahnya.
Pria tua yang dulu menceritakannya tentang danau ini.
"Eh, bapak..tidak, aku hanya bermain-main di sini" kata Rui ragu.
"Oh, aku hendak ke kota, jadi ingin menikmati suasana sekitar sini, untuk yang terakhir... tapi tahun depan aku akan ke sini lagi"
pria tua itu menaruh seikat bunga berwarna putih di pinggiran danau.
Bunga yang tak Rui ketahui namanya.
Rui terheran-heran.
"Apa yang bapak lakukan? Bunga itu..."
"Oh, ini...sudah menjadi kebiasaan ku menaruh bunga di sini setiap bulan purnama akan muncul, kau tahu kan
tetang dewi danau ini, dewi ku" pria itu terkekeh.
Rui menelan ludah, apakah di desa ini orang-orangnya aneh semua?
"well, aku hendak pergi, nanti tertinggal kereta ke stasiun kota di kota, permisi" kata pria tua itu
bebrapa menit setelah ia berdiam diri memandangi danau.
"Oh, iya...hati-hati, pak"
Rui menghela nafas begitu pria tua itu pergi.
Ia lalu cepat-cepat melongok ke air danau, kemana Luna?
jangan bilang ia sudah mati!
Ia menelan ludah, air keringat membasahi bajunya.
Kenapa ia seceroboh ini?
Membiarkan begitu saja ia melompat tanpa curiga.
Ia bergetar, teringat insiden Anna.
lebih baik ia yang mati daripada menanggung beban penyesalan itu, dan kembali melihat insiden yang sama..
Saat itulah, permukaan air bergerak...bagai harapan kecil yang memilukan, namun melegakan.
Luna muncul ke permukaan.
Dan tertawanya berderai dengan merdunya.
Rui tercengang.
Syok.
"Kaget?" Luna geli melihat ekspresi Rui.
Rui membatu.
tak bergeming.
"hei..aku bercanda, tadi aku menyelam ke sebelah sana, kau piki aku bunuh diri lagi?"
Luna mencebik.
Rui tak menanggapi.
Lalu suasana hening, tak lama Rui berbalik hendak pergi dari tempat itu.
"Tunggu!" seru Luna.
"Bercanda mu, tidak lucu" lalu Rui meninggalkan tempat itu.
Scene 4 Rui: End.
______________________________________________________________________________
Ia bilang, mencintai ku.
Tapi mengapa justru malah meninggalkan ku?
Sekujur tubuh ku kini terasa melayang.
mencari tempat yang tak pasti.
Entah sudah berapa lama aku merasa hampa, dan kini sekeliling ku hanya kegelapan...
Tuhan, mengapa kau tak mengirim ku saja ke surga..
Apa Kau menyuruh ku menunggu Wesley kembali dan menangisi kematian ku?
ATau.. kau mengirimkan ku pemuda itu, untuk mengisi lubang yang berdarah-darah di jantung ku?
Scene 5 Luna: End.
Ia memandang keluar jendela kamarnya, dan matanya terbelalak tak percaya.
Lagi, ia melihat Luna di sana, berjalan menuju sungai dan hendak melompat.
"Apa yang dipikirkan si bodoh itu lagi?" tukasnya segera membuka jendela kamarnya untuk melompat dan mencegah gadis itu melompat.
Namun sayang, jendela kamarnya di kunci.
"Shit! Kuncinya sama paman Ben tadi siang!" ia bergegas keluar kamar.
Berlari ke arah pintu rumah dan menabrak Paman Ben.
"BRUK!" dan paman ben tersungkur.
"Hey, anak muda! Pakai mata mu.. paman mu ini sudah tua!" gerutu paman ben.
"Um, maaf, paman... tapi..tapi..di luar gadis itu hendak melompat lagi!"
"Gadis apa?" Paman ben terheran-heran.
"Percaya pada ku! gadis itu stiap malam mencoba bunuh diri! Aku melihatnya berkali-kali!" Rui membuka pintu rumah dan berlari.
Menuju sungai di belakang rumahnya.
Paman ben mengejarnya. Penasaran.
Sesampainya, Rui tertegun.
Luna tidak ada.
Tidak ada siapa-siapa, bahkan tanda-tanda ia benar-benar melompat tidak ada.
"Apa? Jangan bilang kau mengigau lagi?" sindir Paman ben. Menghela nafas.
Rui terdiam. Ia begitu heran.
"Tapi..dia benar-benar nyata.."
"Dia?" paman Ben mengangkat kedua alisnya.
Tak lama ia terkekeh, "Perempuan di desa ini mana ada yang ke kebun kita malam-malam..
apalagi bunuh diri katamu, eh?"
"Aku tidak bohong! Sumpah, paman Ben!"
Paman ben malah tertawa terbahak-bahak.
"Jadi apa gadis itu seperti Anna? Siapa namanya? Mungkin gadis itu akan meloncat dari atas rumah kita!"
ejek paman ben.
Rui menggeram pelan, kenapa sih ia dia anggap bercanda?
"Luna.. " kata Rui sambil lalu. Ia kembali ke rumah.
Paman ben mengerutkan kenning, "Luna?"
Lalu terdiam dan mengangkat bahu dan mengikuti Rui ke rumah.
Keesokan harinya..
Rui menunggu Eliza selesai berbelanja di pusat desa.
Ia tampak begitu bosan hanya duduk di teras sebuah toko roti, ia menghentak-hentakan kaki nya di tanah.
"Kenapa wanita selalu lama kalau berbelanja? Padahal dia hanya membeli roti dan selai..." gerutuna.
Ia menoleh ke dalam toko, pantas saja... Eliza sibuk bergosip di dalam toko dengan pemilik toko tersebut.
Rui mengerang.
"Rui, sedang apa?" tanya sebuah suara sopran di belakangnya.
Rui menoleh, tampak gadis berambut cokelat bergelombang yang di ikat samping.
Tubuhnya mungil dengan mata keemasan.
Rui hanya mengerutkan alis, rasanya ia tidak kenal gadis ini.
"Maaf..?" Rui mengangkat sebelah alisnya.Awalnya gadis itu terdiam, sama-sama bingung...namun, beberapa detik kemudian,
ia tampak panik dan membungkuk untuk meminta maaf.
"Oh, eh..ah, ya... maaf, aku..aku lupa memperkenalkan diri, aku Mary Ann" katanya, terbata-bata.
Rui terkejut dengan tingkah gadis itu.
"hey, hey..siapa pun kau, jangan membungkukan badan seperti itu!" tukas Rui. gadis itu kembali dengan kikuk meminta maaf.
"Err...ah, maafkan aku lagi!" gadis itu bersemu merah. benar-benar kikuk.
Rui mengangkat kedua alisnya.
Baru kali ini ia melihat gadis model begini.
Padahal, kesan awalnya gadis ini begitu anggun, tapi begitu berbicara jadi berbeda.
"Sudah, tak apa" Rui tersenyum kecil.
Mary memandangnya. Tak berkedip.
Rui menyadarinya dan merasa risih, "Ada yang salah dengan ku?".
"eh? AH, err...tidak!"
"Lalu?" Rui mengerutkan alisnya. Menanti jawaban dengan heran.
Gadis aneh, dia yang mengajaknya bicara duluan..mengapa malah kikuk?
"Anu... tidak apa, ngomong-ngomong sedang apa kau? Terlihat bosan..." tanya nya.
"Hanya menunggu eliza selesai belanja di dalam sana. Kau? Aku tidak pernah bicara dengan mu sebelumnya"
"Oh, ah... aku ingin memberi mu ini, tadi aku ke rumah mu...err, untuk menyampaikan undangan ini.. tapi eh, tak ada siapa pun di sana jadi aku mencari mu dan Eliza...
begitu..." Mary menyerahkan sebuah undangan.
Rui menerimanya. Undangan pesta ulang tahun sepertinya.
Mary tampak menunggu tanggapan darinya. Namun, tak ada satu pun tanggapan.
"Anu...Ibu ku, pemilik toko bunga, err..beliau mengundang mu dan sekeluarga untuk datang ke pesta kecil kami...
mengingat Paman Ben adalah sahabat ayah ku" jelas Mary.
Rui tetap diam beberapa saat.
"Kami usahakan untuk datang...nanti ku beri tahu Paman Ben..." kata Rui.
"Ah, danke!" Mary tampak senang, matanya berbinar. Rui menatapnya.
"Er..Apa...?" tanya Mary. Wajahnya bersemu merah lagi.
"Tidak..kau bisa bahasa jerman, orang jerman ya?" tanya Rui.
"Grandma orang jerman...err.. ka..kalau begitu, aku pamit dulu" Mary tersenyum.
Rui mengangguk.
Mary pun beranjak dari hadapannya cepat-cepat.
"Kenapa dengan gadis itu sih?" gumamnya heran.
"Dia sepertinya menyukai mu" jawab seseorang. Sebuah suara yang membuatnya tersentak dan menoleh ke asal suara itu.
Betapa kagetnya ia, mendapati Luna di sampingnya.
Ya, Luna.
Luna yang itu.
Gadis yang mencoba bunuh diri.
Gadis yang entah kenapa begitu cantik di mata Rui, dan mengingatkan nya pada Anna..
Tapi, kalau ini Luna, lalu apa yang ia lihat semalam?
"Hey! tampang mu seperti habis melihat hantu saja!" Luna cemberut mendapati ekspresi Rui begitu melihatnya.
Rui tersenyum sinis.
"Ya, kau hantu! Muncul tiba-tiba dan pergi tanpa bilang apa-apa!"
"Kejam sekali kau! kalau aku bunuh diri tanpa kau halangi, ku rasa sekarang aku jadi hantu" Luna terkekeh.
"Tidak lucu" kata Rui datar.
Luna hanya nyengir kuda.
"Well, senang berjumpa kau lagi, aku kebetulan sedang jalan-jalan" kata Luna.
Rui hanya diam, mengamati gadis itu.
"Apa?" tanya Luna.
"Kamu penderita darah rendah atau apa? Kamu selalu pucat"
"Perhatian juga kamu... aku memang mengidap penyakit, sepertinya" Luna menarik tangan Rui.
"Sepertinya?" heran Rui, "eh..mau kemana kita?"
"AYo, aku mau mengajakmu ke suatu tempat" kata Luna antusias.
"He?" Rui agak kaget juga. Awalnya ia rasa beberapa waktu lalu, Luna gadis yang agak angkuh dan pendiam.
Tapi, ternyata bukan.
Karena itu, di sini lah, danau Longlife... Luna dan Rui berada.
"Kenapa kau mengajak ku ke sini?" Rui mengeryitkan alisnya.
"Aku selalu disini setiap sore menjelang malam, kau sepertinya menarik tapi err... suram,
karena itu aku mau jadi teman mu" Luna mencelupkan kakinya ke danau. Ia duduk di pinggiran.
Rui tertegun.
"Apa semua gadis itu aneh?" katanya.
"Ha? bicara apa kamu?" Luna tak mengerti reaksi dari Rui.
Rui hanya menghela nafas.
"SUdahlah, aku ingin berenang saja!" Luna bangkit.
Rui tertegun lagi.
"Ap..apa? berenang? Di mana...maksud mu...?"
"Di danau ini! memangnya dimana lagi?" Luna hendak membuka baju nya.
Rui otomatis panik.
"Tunggu! Tunggu! Aku tahu, kamu gila, tapi please... kau tau kan aku apa?" cegah Rui.
Luna mengeryitkan alis.
Rui menunggu tanggapan.
"Lalu kenapa? Kalau tidak ingin lihat, kau kan bisa menghadap belakang" Luna tersenyum sinis dan membuka bajunya.
Rui menjadi panik.
"Tunggu, tunggu...aku berbalik dulu!" Rui berbalik, membelakangi Luna.
terdengar derai tawa Luna pelan dan berikutnya suara air danau yang berisik karena Luna menceburkan dirinya disana.
Rui menghela nafas, ia menyadari wajahnya memerah tadi.
'Ugh! Gadis itu ANEh atau GILA sih? Atau kedua-duanya' rutuknya dalam hati.
Ia perlahan berbalik, dan melihat Luna yang berenang.
Begitu memukau.
sosoknya yang berennag indah di danau, di bawah cahaya matahari yang hendak terbenam.
Lalu, perlahan Luna tak muncul lagi dipermukaan.
Baju luna teronggok di atas tanah.
Tiba-tiba saja ia menjadi paranoid, jangan-jangan gadis itu mencoba bunuh diri lagi!
Nafasnya tercekat.
"Luna! Hey, hadis bodoh! apa yang kau lakukan?? Cepat muncul ke permukaan!" seru Rui panik.
Namun, tak ada sahutan. Dan permukaan danau tak bergeming.
Kekhawatirannya terbukti?!
"Anak muda! Sedang apa kau disini?"
Rui menoleh ke asal suara itu, ada pria tua, berjalan ke arahnya.
Pria tua yang dulu menceritakannya tentang danau ini.
"Eh, bapak..tidak, aku hanya bermain-main di sini" kata Rui ragu.
"Oh, aku hendak ke kota, jadi ingin menikmati suasana sekitar sini, untuk yang terakhir... tapi tahun depan aku akan ke sini lagi"
pria tua itu menaruh seikat bunga berwarna putih di pinggiran danau.
Bunga yang tak Rui ketahui namanya.
Rui terheran-heran.
"Apa yang bapak lakukan? Bunga itu..."
"Oh, ini...sudah menjadi kebiasaan ku menaruh bunga di sini setiap bulan purnama akan muncul, kau tahu kan
tetang dewi danau ini, dewi ku" pria itu terkekeh.
Rui menelan ludah, apakah di desa ini orang-orangnya aneh semua?
"well, aku hendak pergi, nanti tertinggal kereta ke stasiun kota di kota, permisi" kata pria tua itu
bebrapa menit setelah ia berdiam diri memandangi danau.
"Oh, iya...hati-hati, pak"
Rui menghela nafas begitu pria tua itu pergi.
Ia lalu cepat-cepat melongok ke air danau, kemana Luna?
jangan bilang ia sudah mati!
Ia menelan ludah, air keringat membasahi bajunya.
Kenapa ia seceroboh ini?
Membiarkan begitu saja ia melompat tanpa curiga.
Ia bergetar, teringat insiden Anna.
lebih baik ia yang mati daripada menanggung beban penyesalan itu, dan kembali melihat insiden yang sama..
Saat itulah, permukaan air bergerak...bagai harapan kecil yang memilukan, namun melegakan.
Luna muncul ke permukaan.
Dan tertawanya berderai dengan merdunya.
Rui tercengang.
Syok.
"Kaget?" Luna geli melihat ekspresi Rui.
Rui membatu.
tak bergeming.
"hei..aku bercanda, tadi aku menyelam ke sebelah sana, kau piki aku bunuh diri lagi?"
Luna mencebik.
Rui tak menanggapi.
Lalu suasana hening, tak lama Rui berbalik hendak pergi dari tempat itu.
"Tunggu!" seru Luna.
"Bercanda mu, tidak lucu" lalu Rui meninggalkan tempat itu.
Scene 4 Rui: End.
______________________________________________________________________________
Ia bilang, mencintai ku.
Tapi mengapa justru malah meninggalkan ku?
Sekujur tubuh ku kini terasa melayang.
mencari tempat yang tak pasti.
Entah sudah berapa lama aku merasa hampa, dan kini sekeliling ku hanya kegelapan...
Tuhan, mengapa kau tak mengirim ku saja ke surga..
Apa Kau menyuruh ku menunggu Wesley kembali dan menangisi kematian ku?
ATau.. kau mengirimkan ku pemuda itu, untuk mengisi lubang yang berdarah-darah di jantung ku?
Scene 5 Luna: End.
Re: Wake Up
Panjang bener O.O
kuzizou- King Of Dome
-
Jumlah posting : 5883
Age : 28
Location : smua lorong tikus
Sector : Dam-Boo-Paa CILUK BAA...!
Hobbies : Kuzizou
Registration date : 08.10.07
Re: Wake Up
Belom...
Lu dongengin aje yeh gw klo gw mau tidur
Lu dongengin aje yeh gw klo gw mau tidur
kuzizou- King Of Dome
-
Jumlah posting : 5883
Age : 28
Location : smua lorong tikus
Sector : Dam-Boo-Paa CILUK BAA...!
Hobbies : Kuzizou
Registration date : 08.10.07
Re: Wake Up
Jah,ngeres nih
kuzizou- King Of Dome
-
Jumlah posting : 5883
Age : 28
Location : smua lorong tikus
Sector : Dam-Boo-Paa CILUK BAA...!
Hobbies : Kuzizou
Registration date : 08.10.07
Halaman 4 dari 4 • 1, 2, 3, 4
Halaman 4 dari 4
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik